Terimbas pelemahan rupiah terhadap dollar AS, kredit valas melambung

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, membuat kredit valas perbankan tumbuh cukup tinggi.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai Agustus 2018, kredit dalam valas perbankan naik hampir 19,9% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 778,8 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 649,1 triliun.

Pertumbuhan kredit valas ini lebih tinggi dibandingkan dengan kredit rupiah yang hanya naik 10,7% yoy. Meskipun demikian, porsi kredit valas ini hanya 15% dari total kredit perbankan, sisanya berasal dari kredit rupiah.

Boedi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan kenaikan kredit valas ini disebabkan karena faktor kurs. “Kredit valas dalam dollar AS tidak naik, hanya karena faktor kurs saja,” kata Boedi kepada kontan.co.id, Jumat (26/10).

Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI juga memastikan kenaikan kredit valas disebabkan karena pelemahan rupiah. “Namun memang eksposure valas kami dominan oleh ekspansi offshore cabang terkait debitur ekspor,” kata Herry kepada kontan.co.id, Jumat (26/10).

BNI mencatat pertumbuhan valas terutama didukung oleh sektor manufaktur. Sampai kuartal III-2018, pertumbuhan kredit valas BNI sebesar 30% secara yoy. Dari pertumbuhan kredit valas ini 32% disumbang oleh pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS.

Jan Hendra, Sekretaris Perusahaan BCA mencatat per September 2018 penyaluran kredit valas naik 12,2% secara yoy menjadi US$ 2,3 miliar. “Porsi kredit valas 7% terhadap total kredit,” kata Jan kepada kontan.co.id, Jumat (26/10).

Pertumbuhan kredit valas ini mayoritas didukung sektor hasil kayu dan kehutanan. Selain itu ada sektor tekstil, minyak nabati dan hewani.

Reporter: Galvan Yudistira
Editor: Herlina Kartika