"Kami masih tetap akan menganjurkan masyarakat untuk berwisata ke Bali, Indonesia," ucap Yu Qun seperti dikutip keterangan tertulis, Sabtu (17/11).
Qu Yun bertemu dengan Menteri Pariwisata Indonesia, Arief Yahya usai membuka China International Travel Mart 2018, di Shanghai, pada Jumat (16/11) kemarin.
Arief Yahya menyambut positif pernyataan Qu Yun yang mengatakan bahwa saran pemerintah berpengaruh bagi warga China. Dia pun mengingat kembali saat terjadi erupsi Gunung Agung di Bali beberapa waktu lalu.
"Saya kira jawaban Wakil Menteri Pariwisata dan Kebudayaan China tadi sudah implisit, bahwa pemerintah China cukup akomodatif. Wisman China itu sangat patuh dengan pemerintahnya. Saat erupsi Gunung Agung September 2017, pemerintah China mengeluarkan Travel Advice ke Bali, hingga pertengahan Januari 2018. Apa yang terjadi Wisman China langsung drop drastis dan butuh 6 bulan untuk recovery," jelas Arief.
Arief bercerita saat Bali mendapatkan Travel Advice dirinya terbang ke Beijing untuk melobi dan menjelaskan bahwa Bali aman. Ia mengumpulkan sekitar 400-an pelaku industri pariwisata China, tour agent, tour operator, business gathering, untuk kembali menjual paket wisata ke Bali.
Tidak hanya itu, Arief juga melobi dan meyakinkan China National Tourism Administration (CNTA) bahwa Bali dalam keadaan aman.
"Saat itu saya langsung terbang dari Beijing ke Kunming, lanjut ke Chiang Mai, dan merancang pertemuan khusus dengan CNTA di sela-sela ATF 2018, pertemuan antar menteri Pariwisata se-ASEAN. Saya masih ingat, di situlah bertemu Mr Du Jiang, Vice Chairman of CNTA, tanggal 25 Januari 2018," paparnya.
Dalam pertemuan dengan CNTA, ia mengusulkan kedua negara membentuk tim Task Force, agar ada rekan kerja antar kedua negara. Tujuannya agar setiap persoalan yang menyangkut industri di kedua negara bisa diselesaikan dengan baik. "Beliau setuju, dan sejak itu wisman dari China berdatangan lagi," ungkapnya.
"Saya masih ingat, mengapa saya harus ngotot ke Beijing awal tahun 2018 itu? Untuk mengejar peak season akhir Januari dan awal Februari, liburan Imlek. Dan akhirnya sukses, wisatawan China mengalir kembali ke Bali," imbuh dia.
Sementara soal Zero Dollar Tour, dia setuju kalau pelaku industri yang nakal seperti tidak memiliki izin, harus ditertibkan. Ia juga setuju membuat White List, antarkedua Negara, daftar pelaku industry yang diizinkan beroperasi yang dikeluarkan oleh kedua Negara.
Zero Dollar Tour merujuk pada kedatangan turis China ke Bali yang membeli paket wisata melalui agen perjalanan wisata di negara mereka dengan harga sangat murah.
Harga paketnya disinyalir hanya senilai biaya tiket perjalanan Denpasar-China. Sehingga, sekilas terlihat sangat menguntungkan wisatawan yang membeli paket. Tapi pada kenyataannya, selama di Bali, mereka diwajibkan mengikuti jadwal tur yang telah ditetapkan oleh agen wisata.
Agen wisata kemudian menerapkan praktek monopoli. Wisatawan dibawa berbelanja di tempat-tempat yang telah ditentukan, dan sudah terafiliasi dengan agen wisata yang menawarkan paket Zero Dollar Tour. Harga barang-barang yang ditawarkan jauh lebih tinggi dan dengan metode pembayaran nontunai. (mle)
Read Again Vroh https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181117171214-269-347359/meski-ada-zero-dollar-tour-china-masih-rekomendasikan-baliBagikan Berita Ini
0 Response to "Meski Ada Zero Dollar Tour, China Masih Rekomendasikan Bali"
Posting Komentar