JAKARTA, KOMPAS.com — Pelemahan nilai tukar rupiah, menurut pengamat ekonomi Indef Bima Yudhistira Adhinegara, akan berlanjut hingga akhir Mei 2018 hingga level Rp 14.200.
Jika kondisi terus mendesak, Bank Indonesia (BI) bisa menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate 25 hingga 50 basis poin.
"Kenaikan bunga acuan diharapkan bisa menaikkan return instrumen investasi di Indonesia sehingga dana asing tidak melanjutkan capital flight," ujarnya ketika dihubungi Kompas.com melalui layanan pesan singkat, Selasa (8/5/2018).
Dia menyebutkan, pelemahan rupiah tidak hanya dipengaruhi ketidakpastian perekonomian global, tetapi juga kondisi fundamental. Karena itu, pemerintah juga sebaiknya memperkuat kinerja ekonomi domestik.
Baca juga: Dollar AS Tembus Rp 14.000, Ini Kata Sri Mulyani
"Pulihkan kepercayaan investor, jaga stabilitas harga baik BBM, listrik, maupun harga pangan jelang Ramadhan sehingga konsumsi rumah tangga yang berperan 56 persen terhadap PDB bisa pulih," ujarnya.
Bima juga berharap pengusaha yang memiliki utang luar negeri melakukan hedging atau lindung nilai karena fluktuasi kurs dapat membuat risiko gagal bayar utang valas meningkat.
"Kemudian, perusahaan yang bersiap membagikan dividen perlu mempersiapkan pasokan dollar AS untuk memitigasi ke depannya kurs dollar AS semakin mahal," sebut dia.
Sebagai informasi, data Bloomberg menunjukkan pukul 09.45 WIB hari ini, rupiah berada berada di posisi Rp 14.042 per dollar AS, melemah 0,29 persen dibandingkan penutupan kemarin.
Sementara kemarin, rupiah di pasar spot melorot dan akhirnya menembus level psikologis 14.000.
Read Again Vroh https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/08/123400326/dollar-as-tembus-rp-14000-bi-diminta-naikkan-suku-bungaBagikan Berita Ini
0 Response to "Dollar AS Tembus Rp 14.000, BI Diminta Naikkan Suku Bunga"
Posting Komentar