JAKARTA, KOMPAS.com—Nilai tukar rupiah masih terus cenderung melemah terhadap dollar AS. Pada pekan ini bahkan kurs sudah hampir menyentuh angka Rp 14.000 per dollar AS.
Bagaimana bila pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berlanjut dan bahkan menembus level Rp 20.000 per dollar AS? Adakah dampaknya terutama bagi perbankan nasional?
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs pada Kamis (3/5/2018) bertengger di level Rp 13.965 per dollar AS dan pada Jumat (4/5/2018) ada di level Rp 13.943 per dollar AS.
Baca juga: Rupiah Melemah Gerus Cadangan Devisa
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS disebut sebagai dampak dari faktor eksternal, yaitu penguatan dollar AS, kenaikan suku bunga obligasi negara Amerika Serikat—US treasury—di atas 3 persen, dan antisipasi pasar terhadap kemungkinan kenaikan lagi tingkat suku bunga Fed Fund Rate—suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat.
Meski begitu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang beranggotakan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan menyatakan, sistem keuangan Indonesia pada kuartal I/2018 berjalan stabil dan terkendali.
Indikatornya, tingkat inflasi yang terjaga di kisaran 3,5 persen. Selain itu, realisasi penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) tumbuh 15,03 persen dan penerimaan pajak penghasilan (PPh) non-migas masih melejit 20,12 persen tanpa memperhitungkan tax amnesty.
Defisit transaksi berjalan pun disebut tetap terjaga di bawah batas aman 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Baca juga: Rupiah Melemah Lagi Jadi Hampir Rp 14.000, BI Sebut Masih Wajar
Adapun indiktor terkait ketahanan eksternal tercermin dari posisi cadangan devisa yang tercatat 126 miliar dollar AS pada akhir kuartal I/ 2018. Dana ini setara dengan kebutuhan pembiayaan 7,9 bulan impor atau 7,7 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah.
Standar internasional untuk kecukupan cadangan devisa adalah setara kebutuhan pembiayaan 3 bulan impor.
Stressed test
Ketua Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso mengatakan, tren pelemahan rupiah pada saat ini tidak terlalu berdampak pada permodalan perbankan. Bahkan, kata dia, sudah ada stressed test berupa simulasi yang menakar ketahanan permodalan bank.
Menurut Wimboh, hasil simulasi memperlihatkan pelemahan rupiah masih dalam batas aman yang tidak membahayakan ketahanan permodalan perbankan.
"Itu pun kalau kami simulasi, dollar AS sampai Rp 20.000 juga masih aman. Perbankan kita tetap kuat," kata Wimboh saat konferensi pers KSSK di BI, Senin (30/4/2018).
Meski begitu, simulasi bukan berarti kenyataan yang harus selalu jadi kenyataan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, KSSK berharap rupiah tidak sampai menyentuh level Rp 20.000 per dollar AS.
Baca juga: Presiden Jokowi Tak Khawatir Rupiah Hampir Tembus Rp 14.000 Per Dollar AS
Menurut Sri Mulyani, dinamika nilai tukar rupiah bukan faktor tunggal yang perlu disimak pada saat ini. Harga minyak dunia yang memperlihatkan tren kenaikan, kata dia, adalah salah satu contoh hal lain yang perlu juga dicermati.
Selaku Ketua KSSK, Sri Mulyani memastikan terus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mengantisipasi dampak pelemahan rupiah pada masa mendatang serta terus menjaga kondisi agar dinamika itu tidak mengganggu pelaksanaan APBN 2018.
"Pemerintah akan memanfaatkan kenaikan harga minyak yang berdampak positif terhadap penerimaan negara untuk masyarakat miskin," ujar Sri Mulyani.
Read Again Vroh https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/04/150740326/bagaimana-bila-kurs-rupiah-melemah-sampai-rp-20000-per-dollar-as
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bagaimana Bila Kurs Rupiah Melemah sampai Rp 20.000 per Dollar AS?"
Posting Komentar