NEW YORK, KOMPAS.com - Emas kembali turun pada akhir perdagangan Rabu (29/9/2021) waktu setempat (Kamis pagi WIB).
Logam mulia ini jatuh ke level terendah dalam tujuh minggu tertekan oleh penguatan dollar AS dan ekspektasi bawa Federal Reserve AS dapat segera mulai mengurangi langkah-langkah dukungan ekonominya.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, turun 14,6 dollar AS atau 0,84 persen ditutup pada 1.722,90 dollar AS per ounce.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini di Pegadaian, dari 0,5 Gram hingga 1 Kg
Sehari sebelumnya, Selasa (28/9/2021), emas berjangka juga melemah 0,83 persen menjadi 1.737,50 dolar AS.
Penguatan dollar AS membuat logam mulia ini lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"(Jika) pasar saham menjadi tidak stabil lagi, emas dapat melihat permintaan safe-haven yang lebih baik memasuki bulan Oktober yang penuh gejolak secara historis," kata kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Dollar AS, safe haven alternatif, menguat ke level tertinggi satu tahun terhadap mata uang saingannya, meskipun kebuntuan di Washington atas plafon utang AS mengancam akan menjerumuskan pemerintah ke dalam penutupan.
"Jika pemerintah mulai ditutup, itu bisa mengangkat emas dan perak karena daya tarik safe-haven mereka," sebut Wyckoff.
Sementara Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 98,2 sen atau 4,37 persen, menjadi 21,485 dollar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 14,9 dollar AS atau 1,55 persen ditutup pada 947 dollar AS per ounce.
Dollar AS perkasa
Dollar AS melonjak ke level tertinggi satu tahun terhadap mata uang utama dunia lainnya.
Indeks dollar - yang mengukur mata uang AS terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya - naik untuk hari keempat berturut-turut, menjadi 94,435, tertinggi sejak akhir September tahun lalu. Indeks terakhir naik 0,7 persen pada 94,404.
Penguatan greenback ini didorong meningkatnya ekspektasi pengurangan pembelian aset atau tapering Federal Reserve AS akan dimulai November dan kenaikan suku bunga mungkin pada akhir 2022.
Kenaikan dollar AS ini di tengah kebuntuan di Washington atas plafon utang AS yang mengancam akan menjerumuskan pemerintah ke dalam penutupan.
Baca juga: AS Terancam Sulit Bayar Utang Rp 400.000 Triliun, Sri Mulyani Ikut Waswas
Mata uang cadangan terbesar di dunia, yang dilihat sebagai tempat aman pada saat pasar tertekan, telah menguat dalam beberapa hari terakhir karena investor malah fokus pada kekhawatiran perlambatan global, kenaikan harga energi dan imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi.
Pedagang juga khawatir bahwa The Fed akan mulai menarik dukungan kebijakan saat pertumbuhan global melambat.
"Fed telah mengisyaratkan percepatan memulai normalisasi kebijakan moneter," Kit Juckes, ahli strategi makro di Societe Generale, menulis dalam catatan penelitian terbarunya.
“Ketika AS lolos dari tingkat suku bunga kisaran nol, meninggalkan zona euro dan Jepang, kelebihan tabungan global akan ditarik ke arah dollar, yang dapat mengungguli sebagian besar mata uang lainnya di tahun mendatang, dan mungkin memulai pergerakannya lebih awal dari yang kami perkirakan," tambah Juckes.
Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo di New York, memperkirakan kenaikan lebih lanjut 2,0 persen hingga 3,0 persen dalam indeks dollar.
Baca juga: Turun Rp 5.000, Simak Rincian Harga Emas Antam Hari Ini
Read Again Vroh https://money.kompas.com/read/2021/09/30/070700126/dollar-as-perkasa-harga-emas-jatuh-ke-level-terendah-7-minggu?page=allBagikan Berita Ini
0 Response to "Dollar AS Perkasa, Harga Emas Jatuh ke Level Terendah 7 Minggu - Kompas.com - Kompas.com"
Posting Komentar