KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang rupiah kembali melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (5/12) pada Pukul 19.45 WIB. Kurs rupiah di pasar spot melemah 0,77% di level Rp 14.403 per dollar Amerika Serikat (AS).
Sementara kurs tengah rupiah di Bank Indonesia melemah 0,62% ke level Rp 14.383 per dollar AS.
Andri Hardianto, analis Asia Trade Point Futures mengatakan, lemahnya mata uang Garuda merupakan lanjutan koreksi kemarin.
Sebelumnya, gencatan senjata perang dagang antara AS dan China sempat mengangkat rupiah. Tapi, kemudian, Presiden AS Donald Trump menegaskan lagi lewat akun Twitternya bahwa pemberlakuan tarif 40% atas impor otomotif AS ke China masih berlaku.
“Sehingga pelaku pasar merespon dan berdampak kepada rupiah itu sendiri. Belum lagi kondisi Eropa yang kurang membaik karena drama Brexit, dimana Inggris keluar dari Uni Eropa masih menunggu voting di parlemen Eropa,” ungkapnya kepada KONTAN, Rabu (5/12).
Karena faktor teknikal sendiri, Andri pun meyakini bahwa pergerakan rupiah besok berpeluang menguat. Hal ini karena selisih yield imbal hasil surat utang pemerintah AS bertenor pendek dan 10 tahun menyempit. “Kalau yield menurun karena The Fed akan menunda kenaikan suku bunga, ada indikasi ekonomi Amerika resesi,” ujarnya.
Untuk itu, Andri meyakini bahwa yang harus dilihat adalah lemahnya rupiah tidak akan menjadi momok besar di akhir tahun ini. Ditambah, kondisi perekonomian Indonesia, seperti kenaikan suku bunga terkendali serta data inflasi juga menunjukkan hasil yang positif.
Asal tahu saja, data inflasi Indonesia di bulan November pada November 2018 sebesar 0,27% month on month (mom). Sementara inflasi tahun kalender Januari-November 2018 sebesar 2,50% dan inflasi year on year(yoy) tercatat 3,23%.
“Inflasi kita, masih masuk dalam tahap terkendali dan aman. Kita hanya tunggu hasil cadangan devisa. Kalau naik itu akan membuat tingkat kepercayaan pasar akan rupiah,” imbuh Andri.
Ia pun memperkirakan, rupiah akan menyentuh level Rp 14.330 sampai Rp 14.400 per dollar AS pada perdagangan besok.
Senada, Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas, menuturkan bahwa pelemahan rupiah merupakan koreksi teknikal semata. Di mana rupiah sempat melemah ke level Rp 15.200 per dollar AS. Kemudian menguat lagi ke level Rp 14.200 dan melemah lagi ke level Rp 14.300-an.
“Seharusnya memang pergerakan rupiah bertahap. Tetapi, tidak bisa dipungkiri banyak kondisi global yang terjadi kini,” sebut Lana.
Ia menilai, inflasi global mengalami koreksi karena ketidakyakinan pasar akan kesepakatan perang dagang Amerika Serikat dan China. Indeks saham pun menunjukkan angka merah, di mana China menunjukkan sikap tidak ingin melakukan negosiasi lebih lanjut dengan Amerika.
“Kalau dilihat, indeks personal income delapan bulan terakhir di Amerika turun, pasar pun khawatir. Ditambah imbal hasil surat utang Amerika yang turun. Ekspektasi pasar ekonomi Amerika melambat, maka dari itu saham di seluruh negara koreksi,” tandasnya.
Nah, kalau dilihat dari kondisi inflasi dan kenaikan suku bunga di Indonesia dinilai Lana masih terkendali. Seperti capital inflow didorong oleh kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 6%, serta prospek perbaikan trade balance yang menunjukkan akan ada penguatan rupiah.
Menurut Lana, wajar sekali rupiah melemah hari ini. Karena selain indikator teknikal, permintaan dollar musiman pada dua minggu pertama bulan Desember pasti terjadi. Pasalnya kebutuhan dollar untuk berlibur pasti meningkat. “Ada juga faktor siklus pembayaran kupon obligasi oleh pemerintah,” lanjut Lana.
Namun, ia meyakini bahwa kondisi pelemahan rupiah ini tidak akan berlanjut selama indeks global juga tak mengkhawatirkan.
Kalaupun hari ini rupiah melemah, ia perkirakan besok rupiah mampu menguat ke level Rp 14.350 per dollar AS. Akhir tahun makin menguat di level Rp 14.400 sampai Rp 14.600 per dollar AS.
Editor: Sanny Cicilia
Editor: Sanny Cicilia
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah mendarat di Rp 14.403 per dollar AS, besok berpeluang menguat - Kontan"
Posting Komentar