KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi dollar Amerika Serikat (AS) yang sudah mulai jenuh beli (overbought) membuat mata uang utama lainnya sedikit terangkat. Di antaranya poundsterling yang menutup pekan lalu dengan penguatan pasca sempat tertekan isu Brexit yang kembali mengeruh. Namun, penguatan ini diproyeksi bersifat teknikal semata.
Mengutip Bloomberg, Jumat (13/7) pasangan mata uang GBP/US$ ditutup di posisi 1,3222 atau menguat 0,12% dari posisi sebelumnya. Namun, jika dihitung dalam sepekan poundsterling masih melemah 0,46% terhadap dollar AS.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf, menilai, mata uang Sterling tengah mengalami penguatan akibat rebound teknikal. Sebelumnya, poundsterling sempat tertekan pasca Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa hubungan perdagangan AS dan Inggris berpotensi berakhir jika hard-Brexit terjadi.
"Tapi, pernyataan tersebut sudah diklarifikasi sehingga hubungan dagang AS dan Inggris masih akan bertahan setelah Brexit nanti. Karena itu, poundsterling sedikit menguat," kata Alwy, Sabtu (14/7).
Dilihat secara mingguan, pergerakan poundsterling masih tertunduk di hadapan dollar AS. Selain ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed, Alwy menilai, saat ini pelaku pasar juga tengah mengantisipasi penguatan dollar di tengah sentimen perang dagang.
"Dollar ujung-ujungnya menjadi safe haven karena investor jauh lebih memilih US tresury dengan yield yang tinggi saat sedang melarikan asetnya dari bursa saham," jelas dia.
Tambah lagi, data perekonomian yang solid kian menopang mata uang Greenback itu. Data Consumers Price Index (CPI) AS sepanjang Juni dirilis sesuai ekspektasi di level 2,9% yoy. Bahkan, data Producers Price Index (PPI) tumbuh melampaui ekspektasi yaitu 3,4% yoy. "Data-data itu mendukung prospek kenaikan suku bunga," kata Alwy.
Apalagi, Gubernur The Fed Jerome Powell sempat menyampaikan dalam pidato terbarunya di hadapan kongres bahwa kondisi pasar tenaga kerja dan inflasi yang kuat akan mendukung bank sentral untuk menaikkan suku bunga secara bertahap.
Oleh karena itu, Alwy meihat rebound yang dialami pasangan GBP/US$ masih belum mengubah tren bearish secara keseluruhan. Tren jangka pendek baru akan mulai bullish jika pasangan mata uang ini berhasil menembus level 1,3320, tambah Alwy.
Untuk perdagangan Senin (16/7), tidak menutup kemungkinan penguatan GBP/US$ akan berlanjut. Terutama jika data penjualan ritel AS yang dirilis besok tumbuh melambat sepertiyang diperkirakan.
Secara teknikal, Alwy menganalisis saat ini harga masih bergerak di bawah Moving Average (MA). Namun, harga mulai bergerak ke atas garis MA 10 yang mengindikasikan potensi menguat jangka pendek."Kondisi candlestick yang menunjukkan pola hammer juga memberi sinyal adanya kemungkinan bullish," kata Alwy.
Adapun, indikator RSI memang masih berada di area negatif, namun juga mulai bergerak ke atas di level 47. Jika tembus level 50, maka poundsterling akan mengalami bullish continuation.
Begitu pun dengan indikator MACD yang juga mulai menunjukkan sinyal divergen dan bergerak naik. Kesimpulannya, secara tren, pasangan GBP/US$ memang masih bearish, tetapi potensi rebound jangka pendek terbuka.
Untuk itu, Alwy merekomendasikan buy on weakness untuk GBP/US$. Ia memproyeksi, pasangan mata uang ini bergerak dalam area support 1,3150 - 1,3046 - 1,2950 dan resistance 1,3320 - 1,3363 - 1,3460.
Editor: Yoyok
MATA UANG
Read Again Vroh https://investasi.kontan.co.id/news/hanya-rebound-teknikal-tren-poudsterling-masih-bearish-terhadap-dollar-asBagikan Berita Ini
0 Response to "Hanya rebound teknikal, tren Poudsterling masih bearish terhadap dollar AS"
Posting Komentar