TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan, transaksi bilateral Indonesia dan China ke depan yang tak lagi menggunakan mata uang dollar Amerika Serikat (AS) akan sangat menguntungkan.
Menurut dia, ada sisi keuntungan bagi negara, yakni dapat memperkuat rupiah saat berlakunya transaksi perdagangan kedua negara pakai yuan, tidak lagi dollar AS.
"Bagi negara keuntungannya lebih ke membantu stabilitas kurs rupiah jangka panjang," paparnya.
Menurut dia, dampak gejolak perekonomian di negeri Paman Sam juga bisa diminimalisir risikonya ke Indonesia dengan tidak lagi bergantung terhadap dollar AS.
"Shock yang terjadi di AS misalnya bisa dimitigasi risikonya ke pasar keuangan Indonesia jika penggunaan dollar porsinya makin menyusut," jelasnya.
Sementara, terkait dengan kemungkinan adanya negara yang menjauhi Indonesia dari sisi kerja sama perdagangan karena mengurangi porsi dollar AS dinilai tidak beralasan.
"Tidak akan kabur, ya karena mereka akan lihat potensi perdagangan yang cukup besar dengan Indonesia, apalagi indonesia produsen komoditas yang dibutuhkan mitra dagang lain. Saya kira itu kekhawatiran tak berdasar," ucapnya.
Bhima mengungkapkan, nilai total perdagangan Indonesia dengan China tembus 71,4 miliar dollar AS di 2020, dan terus berkembang hingga porsi ekspor menjadi 22 persen per Juni 2021.
"Karena ukurannya sangat besar, maka dampak penggunaan yuan untuk ekspor bisa menurunkan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS," terangnya.
Apalagi, Bhima menjelaskan, pemakaian yuan ke depan bakal membuat Indonesia lebih bersiap hadapi tapering off atau perubahan stimulus moneter AS.
Read Again Vroh https://jateng.tribunnews.com/2021/07/23/transaksi-indonesia-china-tak-lagi-pakai-dollar-as-negara-dan-pengusaha-diuntungkanBagikan Berita Ini
0 Response to "Transaksi Indonesia-China Tak Lagi Pakai Dollar AS, Negara dan Pengusaha Diuntungkan - Tribun Jateng"
Posting Komentar