JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Pemeringkat Moodys memublikasikan hasil risetnya mengenai dampak penguatan mata uang dollar AS (Amerika Serikat) sejak pertengahan April 2018 terhadap depresiasi nilai mata uang yang cukup tajam di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Selain itu, depresiasi nilai mata uang secara terus-menerus turut menyebabkan cadangan devisa yang semakin tergerus.
Hasil riset yang dipublikasikan pada Kamis, (28/6/2018) ini menunjukkan adanya peningkatan risiko kredit bagi negara-negara yang membututuhkan pembiayaan eksternal dalam jumlah besar.
Beberapa negara yang dianggap paling rentan terhadap menguatnya dollar AS adalah Argentina (B2 stabil), Sri Lanka (B1 negatif), Turkey (Ba2 sedang di-review untuk downgrade), and Zambia (B3 stabil).
(Baca: Dollar AS Bakal Terus Menguat Hingga Akhir Tahun Ini)
Adapun Chili (Aa3 negatif), Kolombia (Baa2 negatif), Indonesia (Baa2 stable), dan Malaysia (A3 stable) juga rentan terhadap kondisi penguatan kurs mata uang greenback ini, meskipun negara-negara tersebut memiliki sistem penyangga finansial dan institusional yang mampu menurunkan kerentanan dalam jangka pendek.
Global Managing Director of the Sovereign Risk Group Moodys Alastair Wilson menjelaskan, negara-negara dengan defisit neraca berjalan besar, pembayaran utang luar negeri serta utang pemerintah dalam mata uang asing yang tinggi adalah yang paling terdampak dari penguatan dollar AS.
"Sejauh fluktuasi nilai mata uang ini menyebabkan arus keluar modal yang deras atau arus masuk modal yang amat rendah, menunjukkan kredit negatif bagi mereka yang memiliki kebutuhan pendanaan eksternal yang besar," ujar Wilson.
Rentan guncangan
Lebih lanjut Moodys mencatatkan, pasar negara berkembang yang rentan terhadap guncangan finansial di masa lalu memiliki potensi lebih besar saat ini.
Kecuali, imbuh dia, ketika menghadapi guncangan di masa lalu negara tersebut mampu mengurangi ketergantungan terhadap pendanaan eksternal.
Misalnya saja pada 2014 lalu, Hungaria, Malaysia, Mongolia dan Rusia berada dalam daftar negara yang mengalami dampak guncangam cukup besar terkait kondisi pendanaan eksternal. Begitu pula Angola (B3 stabil), Kenya (B2 stabil), Indonesia, dan Srilanka.
Menurut catatan Moodys negara-negara yang hingga saat ini masih cukup rentan adalah Kenya, Mongolia, Sri Lanka, dan Zambia.
(Baca: Rupiah Melemah Hingga Level Rp 14.200, Ini Kata Sri Mulyani)
Adapun Brazil (Ba2 stabil), China (A1 stabil), India (Baa2 stabil), Meksiko (A3 stabil), dan Rusia dianggap cukup mampu untuk menjaga pendanaan eksternal lantaran rendahnya ketergantungan terhadap masuknya arus modal luar negeri.
Moodys pun menegaskan, guncangan terhadap kondisi finansial yang berkelanjutan akan berimplikasi kepada kredit, terutama ketika terjadi pengikisan dalam penyangga keuangan, juga meningkatkan risiko likuiditas.
Ditambah lagi bila negara yang bersangkutan menerapkan kebijakan yang bergerak ke arah yang lebih tidak menguntungkan dari yang telak diperkirakan oleh Moodys.
Read Again Vroh https://ekonomi.kompas.com/read/2018/06/28/144754426/moodys-indonesia-salah-satu-negara-yang-terdampak-penguatan-dollar-as
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Moodys: Indonesia Salah Satu Negara yang Terdampak Penguatan Dollar AS"
Posting Komentar